Menpora Amali Harap Penelitian ‘Latihan Berbasis Games Experience Learning’ Bemanfaat untuk Dunia Sepakbola

Foto. Menpora RI, Zainudin Amali Saat menjadin Penguji Doktor di UNS

Miindonews, Jakarta – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali menjadi penguji dalam Ujian Terbuka untuk mahasiswa Doktor Program Studi S3 Ilmu Keolahragaan Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) secara vitual, Selasa (22/6) pagi.

Pada kesempatan ini, Menpora Amali menguji Sulistiyono, dengan judul penelitian “Pengembangan Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah Sepakbola Kelompok Umur 9 – 12 tahun (Studi Pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Sleman, Yogyakarta).

Sulistiyono selaku promovendus memaparkan bahwa penelitian ini dilakukan atas keprihatinan terhadap persepakbolaan nasional dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

Baca juga: Menpora Amali Jajaki Kerjasama Bidang Olahraga dan Kepemudaan dengan Bosnia

Dimana selain prestasi yang belum sesuai harapan, ada perilaku para pemain baik di Liga 1 liga, Liga 2 maupun Liga 3 yang masih unsportif, perilaku tackling untuk mencederai lawan dan perkelahian antar pemain dalam kompetisi.

“Ini merupakan pemandangan yang kurang enak dilihat bahkan dalam perspektif pendidikan,” papar Sulistiyono.

Menurut dia, pola pembinaan pemain usia dini di sekolah sepakbola di Indonesia sebagai akar rumput yang membina pemain di usia 7-15 tahun. Pada usia ini, pelatihan di Indonesia sudah berorientasi pada kemenangan tim ketika bertanding dalam kompetisi. Padahal, di negara maju untuk hingga usia 9-12 saja mereka masih pada level model latihan-latihan spesialisasi dini dan pengembangan karakter.

Dengan metode penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D), Sulistiyono dalam penelitiannya telah melakukan studi pendahuluan, penilaian ahli, uji skala kecil dan uji skala besar. 

Dari hasil penelitiannya di Sleman ada sekitar 40 persen sumber daya pelatih sepakbola di lapangan belum memiliki lisensi kepelatihan. Mereka memahami tentang teori konsep pembinaan jangka panjang. “Tapi secara teknis belum memahami implementasinya dalam pelaksanaan program latihan bulanan atau tahunan,”katanya.

Dari hasil wawancara, para pelatih sepakbola masih berorientasi pada fisik, teknik dan taktik, tetapi belum berorientasi pada karakter.

“Tetapi ada potensi bahwa pelatih menganggap olahraga dapat dijadikan media untuk mengembangkan karakter. Tetapi mereka masih sering terjadi hal-hal yang tidak mengenakkan di pertandingan sepak bola,” katanya.

Meski demikian, para pelatih sepakat bahwa karakter disiplin kerja, keras, kerjasama, jujur menghormati orang lain dan tanggung jawab menjadi karakter yang paling dianggap penting dari sekian karakter yang lainnya dalam mengembangkan pemain sepak bola.

Menurut promovendus, saat model Latihan Berbasis Games Experience Learning ini, dilakukan uji tahap skala kecil dengan melibatkan 4 orang pelatih ahli menyatakan layak dengan skor 91 persen.

Kemudian, tahap berikutnya melakukan uji skala besar dan dilakukan uji coba di tiga sekolah sepakbola para ahli menyatakan layak dan boleh dilanjutkan di uji efektivitas.“Akhirnya model yang kami kembangkan akan lebih efektif untuk mengembangkan skill karakter pada siswa usia 9 sampai dengan 12 tahun,”

Dia beralasan hal dapat diterapkan karena permainan atau bermain menjadi sesuatu yang menyenangkan buat anak sehingga hal itu menjadikan mereka sangat enjoy dalam menjalani model ini.

“Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah Sepakbola berpengaruh signifikan dan lebih efektif dibandingkan yang konvensional untuk mengembangkan skill dan karakter terhadap siswa SSB usia 9-12 tahun,” tutupnya.

Sementara itu, Menpora Amali selaku penguji mengapresiasi atas adannya penelitian ini. Karena sepakbola sangat diminati dimana 77 persen masyarakat Indonesia menyukai sepakbola.

“Apresiasi saya secara pribadi maupun sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga terhadap penelitian ini,” katanya.

Pada kesempatan ini, Menpora Amali mengajukan sejumlah pertayaan antara lain apa yang didahulukan antara penguatan fisik dan penguatan karakter dan implementasi model yang dilakukannya di dunia sepakbola.

Menurut Menpora, kelemahan terbesar Indonesia adalah kemampuan fisik, karena kalau fisiknya drop maka pemain tidak akan focus dan melahirkan perkelahian dan pelanggaran keras.

“Kelemahan dari pemain Indonesia secara karakter, secara teknik oke. Tapi kalau fisik, rata-rata anak Indonesia hanya mampu 2 kali 30 sementara main bola itu 2×45. Ini saya minta pandangan anda?” katanya. 

Menpora Amali pun berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia sepakbola nasional, terlebih saat ini sudah ada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. 

“Pemerintah bapak Presiden sudah mengeluarkan Instruksi Presiden Inpres khusus untuk mempercepat pembangunan persepakbolaan Nasional nomor 3 tahun 2019. Saya hasil penelitian bisa kita kolaborasi,” harapnya.

“Sehingga para pelatih nanti akan berminat untuk mempelajari, dengan gambar-gambar yang berwarna mungkin, kemudian lebih mudah dimengerti dan kedepan kami juga ingin mengembangkan video pembelajaran atau pelatihan untuk para pelatih usia muda,” harapnya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *