Pesan Menpora Amali ke Pegawainya Sebelum Pamit dari Kemenpora

JAKARTA – Menpora Zainudin Amali telah memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI).

Dijadwalkan Menpora Amali akan bertemu Presiden Jokowi pada Senin pekan depan perihal pengunduran dirinya tersebut.

Sebelum tak lagi berkantor di Kemenpora, Amali memanfaatkan Jumat pagi tadi, (10/3/2023) menggelar senam   Hari Krida di halaman Kemenpora.

Seluruh pejabat dan staf Kemenpora turut hadir dalam acara suka cita tersebut.

Dalam kesempatan sama, Menpora Amali menitipkan beberapa pesan moril. Diantaranya, ia menginginkan rutinitas senam setiap pekanya tetap terjaga.

Sekaligus menjaga citra Kemenpora yang terus berevolusi kearah yang lebih baik.

Tata kelola kelembagaan dan prestasi olahraga nasional kian menunjukan kiprahnya sehingga mesti harus di pertahankan. Atau bahkan di tingkatkan.

Setelahnya, acara di lanjutkan di Graha Kemenpora dalam rangkaian Ramah Tamah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dengan pejabat /pegawai di lingkup Kemenpora.

Di hadapan para pegawainya, Menpora pamit undur diri sekaligus menceritakan sederet kesan saat pertama kali menginjakan kaki di Kemenpora.

Kurang lebih 3 tahun 4 bulan 11 hari, Menpora Amali menjadi bagian tak terpisahkan dari para pegawai Kemenpora.

“Tidak terasa waktu kita begitu cepat berjalan. Perjalanan 3 tahun 4 bulan 11 hari, kita bersama sama bergaul berinteraksi,” kata Amali membuka sambutannya.

Baca juga:

Zainudin Amali Resmi Serahkan Surat Pengunduran Diri Sebagai Menpora

Menpora Amali mengungkap, setelah dilantik sebagai Menpora pada 23 Oktober 2019 ia mengingat betul pesan Presiden Jokowi.

Katanya pesan Presiden Jokowi lebih meniberatkan pada perbaikan tata kelola Kemenpora dibandingkan prestasi olahraga.

Berlatar belakang poltisi dari Partai Golkar, Menpora Amali mengaku belum tahu persis bagaimana anatomi menjadi Menpora saat pertama kali menjabat.

Meski begitu, ia memahami perasaan para pegawainya yang penuh dengan kecemasan. Tampak terlihat pada saat mereka memberikan sambutan untuk pertama kalinya di Kemenpora.

“Karena saya tak tahu anatominya jadi Menpora. Begitu saya masuk, saya langsung disambut dengan pejabat Kemenpora, saya sudah tahu maksudnya ‘bagaimana nasib kami’, karena saya berlatar belakang politik. Saya tahu teman teman risau. Bapak, ibu, saya memahami apa yang kalian pikirkan. Ada kerisauan, tapi saya yakinkan insya Allah itu tidak terjadi.”katanya.

“Tapi saya dikasih waktu, tugas Presiden adalah memperbaiki tata kelola. Ayo jalan sama-sama, tapi bagi yg tidak bisa jalan sama-sama, tentu saya tidak bisa, minggir,”sambung pria kelahiran Gorontalo itu.

Citra yang kurang baik di lingkungan Kemenpora sebelumnya turut mempengaruh psikologis para pegawai.

Munculnya rasa kurang percaya diri akibat dari penerimaan perlakukan yang kadang kurang menyenangkan dari pihak atau kelembagaan tertentu.

Ihwal demikian tidak terlepas dari kondisi Kemenpora yang saat itu tercatat hampir 10 tahun tak pernah mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), bahkan dua tahun disclaimer.

“Suasana batin para pimpinan, pegawai, kalau rapat di K/L kadang malu mengaku dari Kemenpora. Saya paham itu. Makanya dari awal apa yang saya lakukan adalah bagaimana mengangkat moral yang sudah down, hampir demoralisasi, itu kita tunjukkan. Tidak sombong tapi kita berani,” kata Amali.

“Alhamdulillah atas bantuan semuanya, di segala posisi pimpinan unit, tata kelola bisa kita perbaiki. Dan sekarang kalau rapat dengan KL lain, kita tak minder lagi.”sebutnya.

Lebih jauh ia menceritakan suatu kejadian pada saat memberikan diri untuk menyelenggarakan Piala Menpora.  Meskipun harus mendapat banyak cercaan dari berbagai pihak.

“Beberapa kejadian, saya ingat betul saat memberanikan diri mengadakan Piala Menpora, saya menjamin secara pribadi kepada Polri. Ada yang sampai doakan saya mati. Ada salah satu KL saya tak berperikemanusiaan, kok lebih penting bola daripada nyawa,” katanya.

Lalu bagaimana ia mempertahankan suatu sikap dimana Pekan Olahraga Nasional (PON) tetap harus dilaksanakan.

“Secara perlahan nilai naik, tata kelola juga semakin bagus. Saya berharap itu dipertahankan. Bahkan kalau bisa ditingkatkan,”tegasnya.

Menpora Amali pun berjanji untuk tetap mengawal dari luar, meski tak bertugas sebagai Menpora. Termasuk sesekali menyempatkan untuk bercengkrama dengan para pegawai dengan ikut kegiatan olahraganya.

“Terima kasih atas kebersamaan dukungan jadi kayak sekarang kita kompak solid dan menjadikan Kemenpora yang membanggakan,” ucapnya.Mohon maaf, saya keluarga istri anak apabila ada hal kurang berkenan di hati baik komunikasi interaksi dan lain-lain, sekali lagi mohon dibukakan pintu maaf,”pungkas Amali.

Yondris Puamalo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *