Grand Design Olahraga Nasional, Olimpiade, dan Masa Depan Olahraga Kita

syahrial bakhtiar
Syahrial Bakhtiar di hadapan mahasiswa baru Universitas Negeri Padang (sumber: minangsatu.com)

Olimpiade 2020 berakhir pada 8 Agustus 2021 lalu. Ajang kompetisi olahraga paling akbar sedunia ini diadakan sejak 23 Juli lalu, diikuti oleh 11.090 atlet dari 205 negara. Hingga hari terakhir, Amerika Serikat berhasil menggusur China dalam kejar-mengejar medali, baik dari pencapaian medali emas maupun total akumulasi medali secara total.

Tuan rumah, Jepang, secara spektakuler mencuri posisi ketiga terbaik melalui 58 medali. Sementara negara kita, Indonesia, menempati posisi ke-55 dengan perolehan 1 medali emas, 1 perak dan 3 medali perunggu, prestasi ini bagaimanapun kita nilai cukup baik dengan berbagai pertimbanganya. Olimpiade musim panas edisi kali ini banyak berbeda dengan penyelenggaraan olimpiade-olimpiade sebelumnya. Setelah ditunda selama setahun akibat merebaknya pandemi Covid-19, akhirnya penyelenggaraannya dilaksanakan juga tahun 2021 ini.

Wajar, disebabkan oleh pandemi banyak sekali program dan event baik di skala lokal, regional maupun global terpaksa ditunda dan disesuaikan dengan kondisi terkini. Pada sekitar beberapa minggu menjelang pembukaan, IOC (International Olympic Comitee) bahkan mengumumkan olimpiade kali ini dilarang dihadiri oleh penonton. Alhasil, inilah Olimpiade yang berlangsung dengan minus keriuhan teriakan dukungan penonton.

Terlepas dari kesuksesan Jepang menggelar olimpiade di tengah gelombang badai Covid-19, tentunya banyak pembelajaran yang mesti kita ambil demi masa depan olahraga nasional kita. Berdasarkan data konkret, pencapaian dari segi perolehan medali kali ini adalah yang terbaik di antara 3 penyelenggaraan terakhir (London 2012, Rio 2016 dan Tokyo 2020). Jika di Olimpiade London kita pulang tanpa emas, maka di Rio 2016 kita berhasil membawa pulang 1 emas, 2 perak namun tanpa medali perunggu.

Berprestasi di Tengah Pandemi

Sudah jamak di mana-mana, ajang kompetisi multi-event olahraga sekelas olimpiade dijadikan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya grand design pembinaan olahraga prestasi suatu negara. Betapa tidak, pada ajang inilah atlet paling berprestasi dan berreputasi berkumpul untuk bertanding menentukan siapa yang terbaik di antara yang terbaik. Pada ajang inilah pula dapat diukur sejauh mana program pembinaan olahraga suatu negara mencapai hasilnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *